Jumat, 23 September 2011

AYAH...

Ketika berjauhan
Masih ku rasa

Hangat kasihmu ayah
Betapa ku rindukan
Redup wajahmu
Hadir menemaniku

Terbayang ketenangan
Yang selalu kau pamerkan
Bagaikan tiada....keresahan

Walau hatimu sering terluka
Ketika diriku terlanjur kata
Tak pernah sekali kau tinggalkan
Diriku sendirian

Ketika ku dalam kedukaan
Kau mendakap penuh pengertian
Di saat diriku kehampaan
Kau setia mengajarku
Arti kekuatan

Terpancar kebanggaan
Dalam senyummu
Melihat ku Berjaya
Bila ku kegagagalan
Tak kau biarkan
Aku terus kecewa
Dengan kata azimat
Engkau nyalakan semangat
Restu dan doa....kau iringkan

Tak dapat ku bayangkan
Hidupku, ayah
Tanpa engkau di sisi
Semua kasih sayang
Yang kau curahkn
Tersemat di hati

Ibu

Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia.
Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibinya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa
merestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan
dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.
Penuh cinta dan kedamaian.
:+: Khalil Gibran :+: